Friday, February 14, 2014

Mentari Hati





Matahari akan pergi sebentar lagi
Mengapa masih kau benamkan letih dalam tangkupan jemari?
Sementara kau tahu benar
kabar tentang langit yang menunggu
Untuk mendekapmu seluruh

Karena cintamu.
Sebab kasihmu.

Ada yang kau sebut dalam do'a hidup yang kulupakan
Terucap dalam tangis yang menguatkan
Batinmu tak gentar melawan rindu menangguh
Mengekang gempita, sebab ketidakberdayaanku

Saat itu aku masih menyembunyikan jutaan mimpi kecil
Di antara kebun melati di depan rumah, engkau menunjukkan arah
Di tanganmu, cahaya-cahaya itu berpendar
Merasuk di antara jeda keterpakuanku

Apa yang kau rasakan, ketika darahmu tumbuh menjadi kanvas hitam
Terbenam dalam riak di celah karang
Tak meminta siapapun menyambut uluran tangan
Dan membimbingnya ke daratan?

Apa yang kau rasakan, ketika bahagia yang dulu kujanjikan berguguran
Ketika kepolosan yang senantiasa menantimu pulang,
pernah justru menahanmu datang..

Belum cukupkah kureguk alur yang semakin kerontang,
Tatkala jiwaku semakin menemukan ketulusan
Jauh dalam belantara putih yang kau rahasiakan?

Dalam hening senyummu, kutemukan retak di setiap dindingnya
Lalu aku bersandar, mencoba memasang daun-daun di awan

Sekarang aku mengerti
Betapa retak ini mematahkan langkahmu
Merenggut harapan dari keruh matamu
Sekalipun engkau ingin tetap berdiri tegak

Ah, matahari telah hilang
Beristirahatlah sejenak, penatmu telah sampai ke kamarku.
Menghantam debar penuh mimpi sebuah titik temu
Kelak ku ingin kembali tertidur di pangkuanmu.

Berikan pada mimpimu sedikit waktu
Tanpa menyelipkan permintaan atasku
Aku ingin mencoba berlari menujumu
Seperti ketika kecil dulu

Selamat ulang tahun, Ibu.
Terima kasih untuk hidupku.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search